Senin, 12 April 2010

Kepercayaan yang masih ada

Agama Primitif

Manusia Neanderthal yang diperkirakan hidup di antara 50-30 ribu S.M. telah mengenal upacara penguburan dan ritus-ritus lainnya yang menunjukan adanya kepercayaan tentang akhirat.
Manusia purba ini bermukim di Shanindar Kurdistan dan Libanon. Mereka telah mengenal cara menaburkan bunga di kuburan dan mengenal sihir untuk berburu.

Agama primitive ini lahir karena dorongan fitrah manusia sendiri. Akan tetapi karena otaknya belum mampu memecahkan persoalan aneh yang merangsang alam pikirannya, timbullah perwujudan angan-anagan, berupa mitos yang melahirkan ritus-ritus tertentu.

Animisme

Mereka percaya bahwa roh itu bukan hanya menempati makhluk hidup tetapi juga benda-benda mati. Sehingga ruh itu terdapat dalam batu-batuan, pohon-pohon besar, tombak, kepala manusia yang dimumi, korwar, bukit-bukit, dan sebagainya.

Ada ruh alam dan ada roh dari lepasan seorang pahlawan, dukun atau kepala suku yang gagah berani.
Karena adanya kepercayaan pada roh-roh dan hantu-hantu, timbullah pemujaan terhadap tempat dan benda yang dianggap dihuni roh atau hantu itu. Ada yang dipuja agar membalas kebaikan. Ada pula yang dipuja agar ruh atau hantu itu tidak mengganggu.

Agar terhindar dari kemarahan dari hantu dan roh-roh itu, timbulah berbagai macam pantang-tabu. Segala upaya ritus itu dipimpin seorang pendeta suku atau dukun. Pendeta suku atau dukun dianggap sakti karena mereka dianggap dapat langsung berhubungandengan roh nenek moyang.

Adakalanya mereka membujuk roh-roh alam dengan mengadakan penguburan hewan atau manusia yang dikubur hidup-hidup atau diambil kepalanya dalam pengayauan atau dilemparkan ke dalam kepundan gunung manakala sebuah gunung meletus. Mereka beranggapan bahwa jika ada bencana alam berarti roh-roh alam sedang marah.

Sisa-sisa animisme masa kini:
Bendera kerajaan, tombak, keris dan gamelan dianggap mempunyai roh sehingga dipuja dan dinamakan datuk, kiai, tuan dan sebagainya. Wayang pun dianggap berjiwa sehingga diberi berbagai macam sajian.

Dinamisme

Pada dasarnya, pemujaannya hamper sama dengan Animisme. Menurut Dinamisme, setiap benda itu mempunyai kekuatan gaib. Karena sifatnya yang luar biasa, ada kekuatan besar, ada kekuatan kecil dan ada kekuatan besar serta istimewa, ada pula:

Orang cebol karena kecebolannya
Orang tua karena ketuaannya
Dukun karena kesaktiannya
Kerbau bulai karena kebulaiannya
Buaya putih karena langkanya
Pohon kerdil dan bengkok karena anehnya dan sebagainya

Gigi,ambut, kuku dianggap berkekuatan gaib, sehingga senjata dihiasi rambut, gigi, dan kuku musuh. Nafas dan ludah dukun berkekuatan gaib. Tatu dan cecah dianggap berkekuatan sebagai penangkal. Benda-benda aneh dianggap berkekuatan besar dan dijadikan benda sihir.Sisa-sisa dinamisme masa kini:

Azimat dianggap berkekuatan gaib sehingga disimpan di atas kendaraan atau ditaruh di atas pintu untuk menghindarkan diri dari gagngguan penyakit. Bergelang azimat, berkalung azimat atau bersabuk azimat, dan sebagainya. Orang Yunani percaya pada kekuatan gambar besi tapak kuda. Boneka kecil digantungkan di kaca “spion dalam” mobil, semula untuk menghindarkan diri dari gangguan hantu jalan.

Konon orang-orang Portugis dan Spanyol biasa menggambari layer kapalnya dengan gambar salib besar agar selamat dari gangguan hantu laut dan sebagainya. Kini sebagian umat Nasrani masih percaya kekuatan gaib pada salib. Sebagian kaum Sufi masih percaya kekuatan gaib tulisan Arab pada kulit yang dijadikan sabuk. Sebagian orang-orang besar masih percaya pada kekuatan gaib batu merah delima atau batu intan Koh-i-nur dan sebagainya.

Totemisme

Totemisme sesungguhnya masih bagian dari Animisme dan Dinamisme. Sebagian penganut Animisme dan Dinamisme percaya akan benda atau hewan yang melahirkan nenek moyang mereka.

Contoh:
Orang Eskimo biasa makan daging beruang. Akan tetapi, mereka beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari seekor beruang. Jika seseorang sudah tua renta, ia harus menyediakan dirinya menjadi mangsa beruang. Ia diantarkan sanak keluarganya ke padang salju untuk menanti beruang dating memangsanya.

Ada yang beranggapan bahwa manusia itu keturunan atau penjelmaan ikan lumba-lumba, harimau, buaya, dan sebagainya. Sebagian suku Indian beranggapan bahwa manusia itu berasal dari bulu burung elang, sehingga bulu burung elang dianggap berkekuatan gaib. Ada pula sebagian mereka beranggapan bahwa manusia itu berasal dari tongkat di waktu malam. Ada pula sebagian suku primitive beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari akar-akaran, pohon sagu, kepiting, kelapa, dan sebagainya.

Totemisme perseorangan dinamakan Nagualisme (nagual dalam kepercayaan suku Indian ialah hewan yang erat bertautan dengan seseorang).Jika roh seseorang berpindah pada hewan tertentu, dinamakan Lycanthropi. Pada suku bangsa primitive terdapat patung-patung nenek moyang, adakalanya digambarkan berupa binatang totem.

B. Agama madya-pertengahan

Agama ini kebanyakan bersifat panteisme, politeisme ataupun monoteisme yang tidak murni. Agama madya kemungkinan berasal dari perkembangan agama primitive atau kemungkinan sebagian berasal dari agama wahyu yang telah jauh menyimpang. Pada umunya, agama madya sudah mempunyai kitab pegangan dan ritus-ritus yang teratur.

C. Agama Filsafat

Agama ini lahir dari filsafat seseorang yang diagamakan seperti, ajaran Fitagoras yang akhirnya menjelma menjadi semacam agama yang memegang teguh theosofi. Seorang filosof melukiskan tentang kekuasaan Tuhan Maha Pengatur. Seorang murid filosof itu mencoba untuk beribadat kepada Tuhan Maha Pengatur dengan kebijaksanaan sendiri.

Sebagian ajaran agama filsafat itu menjurus pada mistik tetapi dengan membawakan dalih-dalih yang menyerupai ilmiah.

Ada agama dan kepercayaan yang menamakan diri “Penganut Agama Damai” yang mengambil sari pati setiap agama. Ada pula agama buatan yang sengaja dibentuk untuk kepentingan suatu golongan.

Ada aliran Sikh yang bersari pati ajaran Hindu dan Sufi.

Ada gerakan persatuan Sun Moon yang didirikan oleh seorang pendeta kaya, Sun Moon, dari Korea, berkeinginan menyatukan seluruh agama. Ada agama Bahai yang didirikan oleh Abdulbaha di bawah bayang-banyang Masuniyah Yahudi, untuk mempersatukan seluruh agama dalam agama baru Bahai.

Ada Ahmadiah yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad, membuat Islam tandingan. Ia mengaku menerima wahyu, penjelmaan Krisna, Isa, Mahdi dan Nabi Akhir Zaman. Dibuatnya buku-buku seperti Anjam Atham, Hakikatil Wahyu dan sebagainya yang berupa wahyu buatan, dan diduga erat kaitannya dengan Masuniyah Yahudi.


Jumat, 09 April 2010

Budaya Indonesia


Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.

Bukti Sejarah

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.

Didasari pula bahwa dengan jumlah kelompok sukubangsa kurang lebih 700’an sukubangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesungguhnya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang dimilikinya maka potensi konflik yang dipunyainya juga akan semakin tajam. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi pendorong untuk memperkuat isu konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat dimana sebenarnya konflik itu muncul dari isu-isu lain yang tidak berkenaan dengan keragaman kebudayaan. Seperti kasus-kasus konflik yang muncul di Indonesia dimana dinyatakan sebagai kasus konflik agama dan sukubangsa. Padahal kenyataannya konflik-konflik tersebut didominsi oleh isu-isu lain yang lebih bersifat politik dan ekonomi. Memang tidak ada penyebab yang tunggal dalam kasus konflik yang ada di Indonesia. Namun beberapa kasus konflik yang ada di Indonesia mulai memunculkan pertanyaan tentang keanekaragaman yang kita miliki dan bagaimana seharusnya mengelolanya dengan benar.

Peran pemerintah: penjaga keanekaragaman

Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana pemerintah dulunya tidak memberikan ruang bagi kelompok-kelompok sukubangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata tidak dianggap serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok sukubangsa minoritas tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah dominant setempat, sehingga membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli minoritas menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah. Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Implikasi yang kuat dari politik kebudayaan yang dilakukan pada masa lalu (masa Orde Baru) adalah penyeragaman kebudayaan untuk menjadi “Indonesia”. Dalam artian bukan menghargai perbedaan yang tumbuh dan berkembang secara natural, namun dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama dengan identitas kebudayaan yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional Indonesia”. Dalam konteks ini proses penyeragaman kebudayaan kemudian menyebabkan kebudayaan yang berkembang di masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan kelompok sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi terbelakang dan tersudut. Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi yang ada ditingkat desa untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa yang ada di Jawa sehingga menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam kebudayaan daerah.

Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi diatas tidak lepas dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional, dimana ini juga berkaitan dengan arah politik kebudayaan nasional ketika itu. Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep yang sifatnya umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia digunakan oleh negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang beragam dan berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi dalam perjalanannya, pemerintah kemudian memperkuat batas-batas kebudayaan nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang melihat bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah juga suatu upaya untuk mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran pemerintah dihadapan warganya. Tidak mengherankan kemudian, jika yang nampak dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah menggunakan segala daya upaya kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan” kebudayaan-kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok pinggiran, dimana kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

Setelah reformasi 1998, muncul kesadaran baru tentang bagaimana menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Yaitu kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan,1999). Dalam model multikultural ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.

Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi yang adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau produk kebudayaan pada masa lampau.

Menjaga keanekaragaman budaya

Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.

Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Gaya Hidup


GAYA hidup modern yang serba instan dan praktis membuat orang malas menjalankan pola hidup sehat. Padahal, nutrisi makanan cepat saji tidak lengkap, dan lebih banyak lemak.

Bermacam restoran dengan menu makanan cepat saji semakin menjamur. Meski harga makanan yang dibanderol relatif tinggi, namun tidak menyurutkan minat para pembeli untuk menikmatinya. Kandungan nutrisi di dalamnya pun tidak lagi dipertimbangkan dengan baik.

Kandungan kalori dan kolesterol yang tinggi, serta rendah akan serat biasanya menyebabkan lemak mudah terbentuk dalam tubuh. Jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik atau olahraga, beragam penyakit bisa timbul. Belum lagi ancaman obesitas.

Pola makan seperti ini dapat mengundang penyakit degeneratif ataupun penyakit yang banyak menyebabkan kematian di dunia, seperti kanker. Kanker adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat. Dari tahun ke tahun, usia penderita kanker semakin muda saja. Kanker yang biasanya identik dengan penyakit orang dewasa, kini menyerang kawula muda.

Karena itu, upaya pencegahan harus mulai disadari sejak dini, yaitu melalui pemilihan asupan makanan yang tepat dalam keseharian. Jauhkan kebiasaan pola makan tidak sehat dan beralih menyantap sayur dan buah. Mengonsumsi berbagai jenis sayur serta buah lebih sehat, dibandingkan makanan cepat saji.

Data dari American Cancer Society (ACS) menunjukkan, faktor eksternal, termasuk pemakaian tembakau, pola makan, penyakit infeksi, zat-zat kimiawi, dan radiasi menyumbang sekira 75 persen terhadap kasus kanker di Amerika Serikat. Sedangkan faktor genetik atau keturunan hanya menyumbang 5-10 persen untuk menimbulkan kanker. Di antara itu semua, pemakaian tembakau, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor yang paling meningkatkan risiko kanker.

Sebuah penelitian yang dilansir Daily Mail, Selasa (5/1/2010), melaporkan manfaat mengonsumsi sayur-mayur. Kandungan pigmen karotenoid dalam wortel, bayam, sayuran berwarna hijau lainnya, tomat serta jeruk merupakan antioksidan kuat yang menyerap senyawa-senyawa berbahaya yang dihasilkan ketika tubuh melawan penyakit. Antioksidan tersebut juga sangat penting bagi sistem imunitas tubuh dan sistem reproduksi. Selain itu juga membantu mencegah tubuh dari kanker.

Professor David Perrett selaku kepala laboratorium di Universitas St Andrews, tempat penelitian berlangsung memaparkan, “Penelitian ini sangat memuaskan dan memberikan kami harapan baik untuk bidang kesehatan. Apa yang kita makan, bukan hanya tentang seberapa banyak yang dimakan, tapi juga jenisnya."

Sosial



Definisi sosial

Definisi Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Pun bahkan setiap kali anda membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa, menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial. Sekarang, coba anda ingat-ingat situasi dimana anda betul-betul sendirian. Pada saat itu anda tidak sedang dalam pengaruh siapapun. Bisa dipastikan anda akan mengalami kesulitan menemukan situasinya. Jadi, memang benar kata Aristoteles, sang filsuf Yunani, tatkala mengatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial, karena hampir semua aspek kehidupan manusia berada dalam situasi sosial.

Apakah tindakan sosial?Tindakan sosial adalah bagian dari perilaku sosial. Oleh sebab itu mula-mula harus didefinisikan dulu apa yang dimaksud dengan perilaku sosial. Perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial, yakni bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain. Pertama, berpikir dalam situasi sosial. Apa yang anda pikirkan ketika bertemu seseorang bertubuh tinggi besar, berewokan, berkulit hitam legam, bermantel tebal? Apa yang anda pikirkan saat kekasih anda mengingkari janji? Apa yang anda pikirkan saat teman anda mendapatkan promosi kenaikan jabatan? Apapun yang ada dalam benak anda , anda pasti memikirkan!

Kedua, merasa dalam situasi sosial. Harus diakui, sebagian besar situasi sosial melibatkan perasaan. Coba anda bayangkan kembali perasaan anda saat berda dalam situasi sosial tetentu. Apa yang anda rasakan saat membayangkan sang kekasih? Apa yang anda rasakan saat menyaksikan pembunuhan sadis? Apa yang anda rasakan saat bertemu dengan orang yang pernah mencelakai anda?

Ketiga, bertindak dalam situasi sosial. Inilah langkah kongkret anda yang bisa dilihat orang lain dalam situasi sosial. Mungkin anda menolong orang yang jatuh dari sepeda motor. Mungkin anda mengajak bersalaman dan berkenalan dengan orang yang baru anda temui. Mungkin anda memaki orang yang menyusahkan anda. Mungkin anda menyebarkan kebohongan. Mungkin anda mendatangi undangan pernikahan, atau yang lainnya. Sangat beragam bentuk-bentuk tindakan sosial manusia.

Tindakan sosial sangat dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan atau emosi. Tidak ada tindakan sosial yang terjadi tanpa pengaruh keduanya. Oleh karena itu, meskipun buku ini khusus membahas tindakan sosial manusia, baik pikiran maupun emosi yang mempengaruhi tindakan sosial juga akan dikupas secara berbarengan.

Apakah situasi-situasi sosial manusia?

Apa yang dimaksud sosial telah dibahas diatas, yakni adanya kehadiran orang lain baik secara nyata maupun imajiner. Jika lebih diperinci, maka terdapat sekurangnya empat bentuk situasi sosial. Pertama, adanya kehadiran orang lain yang dapat diindra namun tanpa interaksi. Misalnya anda pergi ke perpustakaan. Disana duduk seseorang yang sedang membaca sendirian. Pada saat itu tidak ada interaksi apapun. Si dia bahkan mungkin tidak menyadari kalau anda ada disana. Namun sepanjang anda menyadari kehadirannya, maka itu disebut situasi sosial karena kehadiran orang itu secara otomatis telah mempengaruhi anda. Sebelumnya anda merasa sendirian, lalu anda tidak lagi merasa sendirian. Boleh jadi anda juga membuat penilaian tentangnya berdasarkan penampilannya. Mungkin anda menilainya kutu buku jika berkacamata tebal dan tekun di depan buku.

Banyak situasi sosial terjadi tanpa interaksi seperti diatas, namun pengaruhnya nyata bagi anda. Anda melihat orang naik mobil ngebut di jalan raya, anda lantas memaki dalam hati. Anda melihat pengemis di kejauhan, anda lantas merasa kasihan padanya. Anda mendengar ada suami istri bertengkar dijalan, lantas anda menyimpulkan mereka bukan pasangan berbahagia.
Kedua, adanya kehadiran orang lain yang dapat diindra dan ada interaksi dengannya. Istilah lainnya adalah interaksi sosial. Misalnya anda saling melambaikan tangan atau mengklakson pada seseorang yang naik motor berplat daerah sama. Anda mengobrol bersama orang lain. Anda bermain sepak bola bersama tim. Anda menghadiri pesta, dan lainnya. Umumnya orang menganggap yang dimaksud situasi sosial adalah hanya interaksi sosial ini, meski tentu saja interaksi sosial hanyalah bagian dari situasi sosial.

Ketiga, imajinasi akan adanya kehadiran orang lain. Termasuk dalam tipe ini adalah jika anda melamunkan kekasih, membayangkan sedang berada dirumah bersama saudara, atau mengingat kenangan-kenangan anda bersama seseorang atau kelompok orang. Pendek kata, semua lamunan, khayalan dan ingatan tentang orang lain yang mempengaruhi anda tercakup didalamnya.

Bagaimana dengan mimpi? Dalam mimpi seseorang mengingat atau mengkhayalkan seseorang. Namun demikian, mimpi tidak bisa dimasukkan dalam kategori sosial karena merupakan keadaan tidak sadar. Anda tidak bisa memprogram untuk mimpi persis seperti yang anda inginkan layaknya memutar video.

Keempat, adanya kehadiran orang lain melalui media tertentu yang anda ketahui dan kehadirannya mempengaruhi anda. Misalnya anda membaca surat dari ayah anda, lantas anda menangis. Anda melihat berita pesawat garuda terbakar hebat di Jogja, lalu berpendapat naik pesawat tidak aman. Anda mendengar berita pemerkosaan lantas anda mengira-ngira pelakunya. Anda membaca di koran bahwa Dewi Yul bercerai, lantas anda menduga-duga sebabnya. Banyak sekali situasi sosial terjadi dalam tipe ini.

Apakah yang dimaksud interaksi sosial?

Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain. Aktivitas interaksinya beragam, mulai dari saling melempar senyum, saling melambaikan tangan dan berjabat tangan, mengobrol, sampai bersaing dalam olahraga. Termasuk dalam interaksi sosial adalah chatting di internet dan bertelpon atau saling sms karena ada balas respon antara minimal dua orang didalamnya.

Berdasarkan sifat interaksi antara pelakunya, interaksi sosial dibedakan menjadi dua, yakni interaksi yang bersifat akrab atau pribadi dan interaksi yang bersifat non-personal atau tidak akrab. Dalam interaksi sosial akrab terdapat derajat keakraban yang tinggi dan adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu mencakup interaksi antara orangtua dan anaknya yang saling menyayangi, interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara suami dengan istri, atau interaksi antar teman dekat dan saudara.

Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak akrab. Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab. Termasuk juga ketika anda mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi antar sesama penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja, interaksi antara penjual dan pembeli, dan sebagainya.